Monday, December 7, 2015

Tanpa Pamrih



Hari ini saya hanya ingin menulis singkat. Biasanya saya malah nggak pernah menulis apa-apa, haha. Ok, ok. Saya merasa perlu menuliskannya hanya supaya saya tidak lupa.

Begini lho kawan-kawan. Saya belajar dari pengalaman kalau kita mau berbuat baik sama seseorang, jangan kita mengharapkan balasan apa-apa darinya. Jangan deh. Karena nanti kita kecewa, atau “kuciwa” (Japanese). Kita bisa kecewa karena orang itu gampang lupa sama kebaikan yang pernah dia terima. Kalau kerugian, bakal dia ingat seumur hidup bahkan sampai masuk ke liang kubur. Kalau kebaikan, besok juga lupa. Nggak usah besok, sejam lagi juga lupa. Yang diingat hanya enaknya, bukan yang memberi enak.

Tunggu dulu, saya tidak berbicara soal kapasitas memori. Tapi sikap hati. Orang itu suka merasa… Apa ya? Entitled. Merasa memang sudah sepatutnya dia mendapatkan perlakuan spesial.

Jadi, misalnya, kamu berbuat baik sama seseorang secara konsisten selama bertahun-tahun. Dia butuh apapun kamu sediakan. Nanti di akhir tahun ada orang lain berbuat baik sama dia, maka kamu akan dilupakan, kamu akan ditinggalkan. Pernah kan diperlakukan seperti itu? Percaya deh, kamu juga begitu sama orang lain. At least, pernah. Pada dasarnya, kita semua begitu.

Ini namanya “habis manis sepah dibuang.”

Karena itu, saya sempat berpikir begini, supaya kebaikan saya selalu diingat sama orang yang saya layani, tunggu saja sampai urutan terakhir. Kapan tuh? Tunggu sampai orang itu hampir mati. Waktu itu kebaikan saya pastilah akan diingat dia sampai mati. Benar nggak? Tapi ya tidak bisa lama-lama. Soalnya kan dia sudah mau pamit, alias meninggal dunia. Hehe.

Setiap kali saya ingat pelajaran hidup ini, saya lantas bersyukur sedalam-dalamnya sama Tuhan. Karena Dia sabar banget, setia banget. KasihNya tanpa syarat. Padahal sama Tuhan, seringkali saya juga cuma ingat yang terakhir. Tapi Tuhan tak pernah berhenti berbuat baik sama saya. Setiap hari, pagi-siang-malam-24/7, Dia berbuat baik sama saya. KasihNya tiada berkesudahan.

Makanya, kalau kita mau berbuat baik sama seseorang, berbuat baiklah dengan hati gembira, temukanlah kesenangan dalam memberi. Ingat terus Tuhan dan kasihNya sama kita. Jika kita terus-menerus ingat Tuhan dan kasihNya, kita bisa kasih terus tak berhenti.

Benarlah kata Abang Paulus, “Apapun juge nyang ente perbuat ame orang lain, perbuatlah dengan bulet ati kayak buat Tuhan dan bukan buat manusie” (Kolose 3:23).