Thursday, July 24, 2014

ONCE SAVED ALWAYS SAVED

Percakapan dengan Bp. Armin di bawah ini terjadi setelah saya mengirim link ke artikel Matt Slick: http://carm.org/scriptural-proof-christians-cannot-lose-salvation

Email dari Bp. Armin:
Dear Pak Agus,
Yang kita bahas ini memang hal sangat ruwet dengan pemikiran kompleks. Matt Slick mengatakan kalau tidak semua kehendak Bapa terjadi. Tetapi kehendak Bapa di dalam Yesus itu pasti akan terjadi. Dia berpikir tentang kepatuhan Yesus saja dan tidak melihat keterlibatan manusia sama sekali.

Saya berpikir ketika Yesus menjalankan kehendak Bapa itu, Dia mengemban kehendak Bapa sebagaimana Dia sedang menjalankan kehendakNya sendiri karena Yesus dan Bapa adalah satu. Jadi apakah semua kehendak Yesus terjadi di bumi yang melibatkan manusia? Kalau kehendak Bapa saja tidak semua terjadi?

Pak, mengenai doa Bapa kami tentang pengampunan dosa yang kelihatannya jauh lebih sederhana dibandingkan masalah keselamatan bisa hilang atau tidak, kita masih berbeda pendapat, kok kelihatannya sangat sulit ya untuk belajar Alkitab.

Salam,
Armin

Saya menjawab:
Dear Pak Armin,
Sorry, kalau agak kelamaan membalas.

Ok, berikut tanggapan saya:

Saya kira Matt Slick tidak “tidak melihat keterlibatan manusia sama sekali,” Pak Armin.

Keterlibatan apa dulu yang Pak Armin maksudkan. Keterlibatan dalam menentukan keselamatan kita? Kalau itu, tentu tidak. Saya kira Pak Armin juga setuju kalau keselamatan tidak ditentukan oleh manusia.

Pertanyaan kedua Pak Armin kurang jelas bagi saya. Boleh di-elaborate? Rasanya mesti kita selesaikan dulu urusan keterlibatan manusia dalam keselamatan, baru sudah itu kita bisa berdiskusi soal ini. Keterlibatan manusia dalam hal apa dalam keselamatan?

Alkitab sesungguhnya jelas, Pak Armin. Yang nggak jelas itu kita, manusianya. Hati kita bisa dan lumayan sering menipu diri kita sendiri. Alkitab sudah mengatakan itu. Maka, ketika membaca dan merenungkan Firman, amatlah penting kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, memohon Roh Kudus mencerahkan dan memperlihatkan kebenaran. Sudah lihat/tahu saja, belum tentu kita mau taat. Dalam tradisi berteologi Reformed dipercaya bahwa Alkitab itu jelas dalam menunjukkan jalan keselamatan yang dari Yesus Kristus. 

Persoalan Pak Armin, saya kira, karena Pak Armin selalu melihat dari satu sisi semata. Sudah berulang kali saya katakan bahwa Allah berdaulat tapi tidak meniadakan tanggung jawab manusia, begitu pula sebaliknya. Yang Pak Armin lakukan (dalam berpikir/berteologi) adalah menekankan pada aspek tanggung jawab, atau kebebasan, manusia sementara mengorbankan kedaulatan Allah. Itu yang selama ini saya tangkap. Benar begitu?

Blessings!
Agus Sadewa

Soal-jawab antara saya dan Pak Armin berlanjut.

Dear Pak Armin,
Mari kita lanjutkan diskusi ini. Respon saya di bawah email Bapak ya, supaya percakapan kita nggak keluar jalur.

Armin:
Dear Pak Agus,
Ya, yang saya maksudkan mengenai keterlibatan manusia, itu dalam segala hal termasuk keselamatan. Pada waktu seseorang meresponi panggilan Tuhan, dengan hati dia percaya dan dengan mulut mengaku Yesus Tuhan dan juruslamat, dia memperoleh anugrah keselamatan itu secara cuma2.

Keselamatan itu dikerjakan oleh Yesus di kayu salib itu mutlak diselesaikan oleh Tuhan tanpa andil dari kita dan dianugerahkan kepada kita. Tapi karena kita masih punya free will (walaupun broken) untuk memilih antara menerima atau menolak tawaran anugerah keselamatan itu, dan untuk itu free will kita masih bisa berfungsi; disini tanggung jawab kita untuk meresponi. Bukan mengerjakan keselamatannya sendiri seperti Islam.

Kelihatannya justru saya yang melihat lengkap dari dua sisi, manusia dan Allah. Sedangkan Pak Agus mungkin yang melihatnya hanya dari satu sisi saja yaitu kedaulatan Allah sedangkan manusia free will- nya rusak total tidak bisa dipakai lagi (total depravity).

Saya:
Sebenarnya sampai pada poin keterlibatan manusia, saya tidak melihat perbedaan yg signifikan di antara kita. Saya percaya kedaulatan Allah dan kebebasan manusia compatible. Apakah Pak Armin meragukan kedaulatan Allah? Setuju, manusia harus berespon pada Injil supaya bisa diselamatkan. Saya tidak meragukan itu. Akan tetapi, manusia tdk bisa melakukannya tanpa dilahirkan kembali. 

Total depravity berarti kerusakan manusia itu menyentuh segala aspek. Bukan berarti manusia jadi jahat sejahat-jahatnya. Karena Tuhan masih membatasi kejahatan manusia.

Free will manusia sudah bengkok, atau kalau tidak mau dikatakan bengkok, sudah terbelenggu (bondaged) oleh dosa, jadi budak dosa. Ini jelas sekali dlm Alkitab.

Coba cek ayat-ayat ini satu demi satu:
1.  Total Depravity. Kerusakan berpengaruh pada seluruh keberadaan manusia, termasuk will.
Genesis 6:5
Ecclesiastes 7:20; 9:3
Isaiah 1:6; 64:6
Jeremiah 13:23; 17:9
John 5:40; 8:34
Romans 1:18-3:20, 23 (Terutama baca Roma 3:9-18).

2.  Total Inability. Total depravity berbicara mengenai keadaan manusia berdosa. Total inability berbicara mengenai akibat dari keadaan tersebut.
John 1:13
Ephesians 4:18
Ezekiel 36:26
2 Timothy 2:26
Romans 6:17, 20; 8:7-8
2 Corinthians 4:4

Org yg belum lahir baru tdk dapat menaati Injil
Matthew 7:18
John 8:43-44; 14:17
Romans 8:7-8
1 Corinthians 2:14

3.  Lahir Baru. Alkitab jelas mengatakan bahwa pertobatan (conversion) sepenuhnya karya Allah. (John 6:37, 44, 65; James 1:18). Kelahiran baru mengubah kehendak manusia dan memampukan seseorang datang dengan rela (willingly) kepada Kristus. Kelahiran baru adalah tindakan di mana Allah oleh Roh Kudus melalui Firman Allah bersama-sama memberikan hidup baru pada orang yg mati secara rohani (John 1:13; Titus 3:5; 1 Peter 1:23; James 1:18). Kelahiran baru adalah kebangkitan rohani (Ephesians 2:1-6; Colossians 2:13), kelahiran rohani (John 3:3-8), dan ciptaan baru (2 Corinthians 5:17).

4.  Tanggung Jawab Manusia. Ini tdk berarti bhw manusia tdk bertanggung jawab untuk menaati Injil/hukum Allah. Dalam Alkitab kita menemukan perintah Allah mutlak harus dilaksanakan, meskipun kita tidak dapat melakukannya dengan kemampuan kita sendiri (ingat point 1-3 di atas). Bandingkan Leviticus 18:5 dengan Galatians 3:12. Jadi, meski misterius bagi kita (tdk sepenuhnya bisa kita pahami), Alkitab mengatakan ketidakmampuan manusia dan tanggung jawabnya compatible.

Armin:
Apakah benar demikian, saya menemukan perkataan Yesus yang artinya lain, lho:

"Yoh. 3:20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 3:21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."

Tegas sekali di situ mereka yang melakukan kebenaran datang kepada terang (Yesus). Artinya sebelum dia datang kepada Yesus juga bisa melakukan hal yang benar dimata Allah. Artinya manusia tidak rusak total free will-nya. Dia tetap image of God tapi dalam keadaan broken. Tidak utuh lagi tapi tetap image of God.

Dengan cara pandang seperti ini saya melihat kontradiksi tentang keselamatan di dalam Alkitab menjadi sedikit, atau hampir tidak ada lagi.

Sampai di sini dulu Pak, nanti kita sambung lagi. Terima kasih.

Saya:
Pak Armin, ketika membaca Alkitab, kita harus berusaha membaca dalam konteks. Konteks Alkitab ada beberapa lapis. Yang terdekat adalah perikop, lebih besar dari perikop adalah pasal, lebih besar lagi drpd pasal adalah kitab, lebih besar lagi drpd kitab adalah Alkitab, PL-PB.

Yoh 3:20-21 juga harus dibaca dlm konteks. Di sini Yesus sedang berbicara pada Nikodemus, seorang ahli agama. Poinnya adalah bahkan bagi seorang Nikodemus radical transformation (kelahiran hidup yg baru, ay 3-8) harus terjadi dulu, sebelum ia dpt diselamatkan.

Kalau saja Pak Armin membaca ay 20-21 dlm konteks ay 19, maka kesimpulan Bapak tdk akan sama. Ay 19 berkata “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dlm dunia, tetapi manusia lbh menyukai, lebih mencintai, kegelapan daripada terang, sebab perbuatan2 mereka jahat.” Ay 20-21 adl elaborasi dari ay 19, yaitu penjelasan lebih jauh mengenai manusia yg telah berbuat jahat di hadapan Allah.

Terang “keselamatan” telah datang, tapi manusia tidak menerimanya (konsisten dengan pasal 1). Mengapa itu terjadi? Karena manusia mencintai kegelapan dan membenci terang. Perbuatan2 jahat mereka hanyalah expresi kebengkokan hati mereka, karena itu mrk menjauh dari terang untuk menghindari exposure (penelanjangan).

Mereka yg melakukan kebenaran, artinya berbuat sesuai dengan kebenaran, adl bukti bhw org2 ini mencintai terang, maka datang pada terang. Bukan supaya perbuatan2nya yg baik itu nampak tapi supaya nyata bahwa perbuatan2nya “dilakukan di dalam Allah,” bukan dari/di dalam dirinya sendiri.

Semoga jawaban saya dapat membantu Pak Armin mengerti kebenaran Firman-Nya. Cara pandang kita bisa salah, Pak Armin. Karena itu, penting sekali, sebagai orang percaya kita menguji segala sesuatu dengan Firman Tuhan, apakah keputusan kita, pemikiran kita, konsisten dengan seluruh ajaran Firman Tuhan.

Teriring salam dan doa,
Ps. Agus

Sampai di sini dulu. Saya masih menunggu balasannya.

No comments:

Post a Comment